Sabtu, 22 Agustus 2009

Kinerja Guru Kunci Sukses

KINERJA GURU KUNCI SUKSES UJIAN NASIONAL

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negera (UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003, psl. 1). Sejak Undang-Undang tersebut mulai diberlakukan, berarti ketentuan itu perlu senantiasa menjadi nafas setiap upaya pendidikan pada tiap jenjang dan jenis pendidikan di negeri ini.

Secara empiris guru adalah orang yang akan membawa dan mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang inovatif, kreatif dan produktif di dalam kelas. Apa yang direncanakan, disajikan dan diperbuat guru dalam pembelajaran akan sangat mempengaruhi tingkat keterlibatan dan macam kemampuan yang dapat dimiliki siswa. Paling tidak bukti empiris itu ditunjukkan oleh signifikansi kotribusi guru terhadap prestasi belajar siswa di 16 Negara berkembang dan 13 negara maju. Menurut Supriadi (1998 : 178), di negara berkembang, kontribusi guru terhadap prestasi belajar siswa sebesar 34 %, sedangkan manajemen 22%, waktu belajar 18 % dan sarana fisik 26 %. Sedangkan di 13 negara maju (industri), termasuk Amerika dan Jepang kontribusi guru terhadap prestasi belajar sebesar 36 %, manajemen 23 %, waktu belajar 22 % dan sarana fisik 19 % . Oleh karena itu tidak berlebihan kiranya, jika Ronald Brandt (dalam Educational leadership (1993)) menyatakan bahwa “hampir semua usaha reformasi dalam pendidikan seperti pembaharuan kurikulum dan penerapan metode mengajar baru akhirnya tergantung kepada guru. Tanpa mereka menguasai bahan pelajaran dan strategi belajar mengajar, tanpa mereka dapat mendorong siswanya untuk belajar sungguh-sungguh guna mencapai prestasi yang tinggi, maka segala upaya peningkatan mutu pendidikan tidak akan mencapai hasil yang maksimal”.

Beberapa fakta dan deskripsi itu, menunjukkan bahwa guru memiliki peranan yang sangat penting dalam pendidikan. Apa yang disiapkan dalam pendidikan berupa sarana prasarana, biaya dan kurikulum, hanya akan bermakna jika diberi arti oleh seorang guru. Guru dapat tampil sebagai sosok yang menarik sebagai virus needs for achievement, dan dapat pula membawa siswa berfikir divergen, atau bahkan sebaliknya tidak menutup kemungkinan dapat tampil sebagai sosok membosankan, instruktif dan tidak mampu menjadi idola siswa pada proses pembelajaran, yang justru dapat mematikan kreativitas, menumpulkan daya nalar serta mengabaikan aspek afektif bagi siswa-siswanya.

UJIAN NASIONAL

Ujian Nasional adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah . Ujian nasional bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Hasil Ujian nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk (a) pemetaan mutu satuan dan atau program pendidikan (b) seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya (c) penentuan kelulusan peserta didik dari program dan atau satuan pendidikan (d) pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan (Permen Diknas RI No. 34 tahun 2007).
Sukses ujian nasional akan diperoleh jika semua siswa di sekolah dapat memenuhi criteria kelulusan ujian nasional seperti yang ditetapkan Pemerintah. Kabupaten/Kota dan atau satuan pendidikan dapat menentukan standar kelulusan UN lebih tinggi dari yang ditetapkan pemerintah

UJIAN NASIONAL SEBAGAI SALAH SATU BENTUK HASIL BELAJAR DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

Menurut Sudjana ( 1989 : 39) hasil belajar siswa di sekolah, 70 % dipengaruhi kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Dijelaskannya (40) salah satu lingkungan belajar yang dominan yang mempengaruhi hasil belajar di sekolah adalah kualitas pengajarannya. Kemampuan siswa dan kualitas pengajaran berbanding lurus dengan hasil belajar siswa. Artinya makin tinggi kemampuan siswa dan kualitas pengajaran, makin tinggi pula hasil belajar siswa. Keberhasilan siswa menempuh ujian nasional dipengaruhi oleh berbagai faktor Menurut Djamarah (2002 : 123) “Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar adalah tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi dan suasana evaluasi”. Sedangkan menurut (Arikunto, 1993: 21; Dimyati dan Mujiyono, 1999: 43) “faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi factor internal (faktor yang bersumber dari dalam diri manusia yang belajar) dan factor eksternal (faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar)”. Dijelaskannya factor internal mencakup faktor biologis ( usia, kematangan, dan kesehatan) dan psikologis (kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar). Faktor eksternal meliputi faktor manusia (human) dan faktor non manusia seperti alam benda, hewan dan lingkungan fisik. Ditambahkan Slameto (2003) factor-faktor intern meliputi (1) faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh) (2) factor psikologis (Inteligensia, Perhatian, Minat, Bakat, Motif, Kematangan, dan kesiapan) dan (3) Faktor kelelahan (kelelahan jasmani dan keleahan rokhani). Sedangkan factor ekstern mencakup (1) faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan), (2) faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah) (3) Faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat). Sementara itu menurut Sumadi Suryabrata (1983) keberhasilan belajar dipengaruhi oleh (1) Bahan yang harus dipelajari (2) Faktor – faktor lingkungan (3) Faktor – faktor instrumental (4) Kondisi individu siswa.

Hasil penelitian Soedijarto (1981: 74) menunjukkan bahwa tingkat partisipasi pelajar secara signifikan memperngaruhi mutu hasil belajar, baik secara kognitif maupun secara afektif. Ditambahkan Boediningsih (1995 : 5) bahwa proses belajar yang dialami siswa mempengaruhi jumlah pengetahuan yang dikuasai siswa (tabel 1 ).

Tabel 1 : Tabel Hubungan Proses Belajar dengan Jumlah Pengetahuan yang Dikuasai Siswa

No

Proses belajar yang dialami siswa

Jumlah pengetahuan yang dikuasai

1

Membaca

10 %

2

Mendengarkan

20 %

3

Melihat

30 %

4

Melihat dan Mendengarkan

50 %

5

Mengungkapkan sendiri

80 %

6

Mengungkapkan sendiri dan mengulang pada kesempatan yang lain

90 %

Berdasarkan uraian itu diketahui bahwa hasil belajar siswa, termasuk hasil ujian nasional dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dan diketahui bahwa faktor guru merupakan faktor yang dominan yang menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Karena itu upaya untuk meningkatkan peran kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru pengampu mata pelajaran ujian nasional menjadi kebutuhan yang tidak dapat ditunda.

PERAN KEPALA SEKOLAH

Kepala sekolah yang berhasil antara lain dilihat dari kemampuannya sehubungan dengan perannya sebagai pendidik (educator), manajer (manager), administrator, penyelia (supervisor), pemimpin (leader), dan pencipta iklim sejuk (climate maker). Berdasarkan cakupan peran itu, dapat disampaikan bahwa terhadap berbagai proses dan hasil pendidikan termasuk prestasi Ujian Nasional, seorang kepala sekolah mempunyai makna yang strategis.

Sejalan dengan dinamika yang demikian cepat, Kepala sekolah dituntut juga untuk mengembangkan diri secara dinamis menuju peran kepala sekolah yang lebih produktif dan efektif dalam pengembangan sekolah. Hal itu sesuai dengan pernyataan John Henry Newman (1801-1890) yang menyatakan bahwa ”hidup itu perubahan. Kesempurnaan hidup muncul apabila terus diiringi perubahan”. Ditambahkan Ovid, Penyair Roma ternama (43 SM – 18 M), ” siapapun yang berubah tidak akan punah” (Kompas, 7 April 2003) Oleh karena itu seorang kepala sekolah harus dinamis, dan bahkan harus dapat berperan sebagai Agent of change dalam dinamika sekolah dan masyarakatnya.

Sebagai Agent of change, Kepala sekolah dapat berperan sebagai (1) calatist (2) solution givers (3) process helpers dan (4) resources linkers . sebagai catalist kepala sekolah harus dapat meyakinkan orang lain tentang perlunya perubahan menuju kondisi yang lebih baik. Solution givers berperan untuk mengingatkan akan tujuan akhir dari perubahan yang dilaksanakan. Cara boleh berubah, tetapi tujuan akhir harus tetap dipertahankan. Process helpers, Kepala sekolah dapat berperan dalam membantu kelancaran proses perubahan, khususnya menyelesaikan masalah yang muncul dan membina hubungan antara pihak-pihak yang terkait. Dan sebagai Resource linkers Kepala sekolah harus dapat berperan untuk menghubungkan orang dengan pemilik sumber dana / alat yang diperlukan.

Untuk dapat berperan sebagai agent of change maka diperlukan kerja keras kepala sekolah untuk berfikir dan bertindak secara dinamis, produktif, reflektif dan inovatif. Tenggelam pada tantangan masa kini tanpa melihat keteladanan adalah buta, namun tanpa antisipasi terhadap tantangan masa depan akan segera ketinggalan jaman

Di era otonomi daerah dan otonomi sekolah, Kepala sekolah dan segenap komunitas sekolah perlu memiliki kesamaan komitmen untuk mewujudkan sekolah yang efektif dengan tetap berpegang teguh pada budaya mutu. Guru semakin profesional dalam menjalankan tugasnya, mampu mengembangkan pendidikan sebagai suatu proses yang berkesinambungan, dan terus mengembangkan diri agar semakin dapat membantu keberhasilan belajar siswa. Guru mampu mengintegrasikan kecakapan hidup (life Skill) dengan melakukan reorientasi pembelajaran sehingga mampu (1) mengkaitkan bahan ajar dengan lingkungan terdekat siswa dalam kehidupan sehari-hari (2) memilih pendekatan dan atau metode pembelajaran yang variatif sehingga mampu melatihkan kecakapan hidup. Dengan demikian learning to know, learning to do, learning to live together dan learning to be dapat terjadi dalam pembelajaran di sekolah bukan sekedar wacana.

PENINGKATAN KINERJA GURU DALAM UJIAN NASIONAL

Nilai rata-rata Ujian nasional SMA Negeri 1 Klaten dalam dua tahun terahir meningkat. Diakui berbagai kalangan bahwa kualitas input siswa SMA Negeri 1 Klaten sudah baik, sehingga para pemerhati pendidikan menilai wajar jika output yang diperoleh cukup menggembirakan. Namun perlu pula disadari bahwa mempertahankan dan meningkatkan perolehan nilai yang tinggi bukanlah persoalan yang mudah, karena itu manajemen kinerja guru dalam kerangaka manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah tetap menjadi sesuatu yang penting. Demikian pula jika kita menyadari bahwa guru merupakan faktor yang belum tergantikan dalam menentukan kualitas pembelajaran dalam pendidikan formal, maka upaya-upaya yang sistemik untuk meningkatkan kinerja guru perlu terus diupayakan.

Upaya peningkatan kinerja guru dapat dilakukan melalui berbagai cara diantaranya melalui Pendidikan/Pelatihan dan peningkatan kesejahteraan. Pembinaan melalui proses pendidikan dapat dilakukan melalui berbagai seminar, pelatihan dan lokakarya, workshop, simposium, seminar, penelitian, dan melanjutkan studi lanjut di perguruan tinggi. Pendidikan dapat pula dilakukan melalui pembinaan oleh atasan langsung (kepala sekolah) atau petugas khusus yang memiliki kewenangan untuk melakukan supervisi pendidikan yang dikenal dengan sebutan pengawas sekolah (supervisor). Melalui pelaksanaan supervisi yang efektif seorang supervisor dapat mengontrol, membina, mendorong dan memotivasi guru untuk melaksanakan tugasnya secara berkualitas.

Peningkatan kinerja guru dapat dilakukan juga melalui peningkatan kesejahteraan. Kesejahteraan dapat berupa kesejahteraan material (gaji, honorarium, insentif, bonus, tunjangan, dan fasilitas fisik) dan non material yang mengarah kepada kepuasan kerja. Dengan demikian pemberian kompensasi kerja yang berupa gaji, insentif ataupun tunjangan atas prestasi kerja seorang guru dapat mempengaruhi kinerja guru. Paling tidak, hal itu ditunjukkan oleh hasil penelitian Lasa (2006) menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi dan kompensasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru SMA Negeri 1 Klaten.

Secara umum upaya yang dilakukan SMA Negeri 1 Klaten untuk meningkatkan kinerja guru dan perbaikan kualitas pembelajaran antara lain (1) melengkapi sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan,antara lain buku referensi,komputer di ruang guru, laptop, Scanner dll. (2) memacu guru untuk mengembangkan pembelajaran berbasis ICT (3) Mengirimkan semua guru untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan ICT (Microsoft Office) (4) mengirimkan guru dan tenaga pendidikan untuk mengikuti kursus bahasa inggris (5) Mengadakan IHT (6) menghadirkan pakar (7) Mengirimkan guru pada forum ilmiah (8) Mengadakan Workshop pengelolaan sekolah pada awal tahun pembelajaran (10) Memberikan Honorarium sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya (11) Menyediakan akses internet 24 jam di ruang guru. (12) Mengadakan ulangan umum secara mandiri, dengan LJK dan dikoreksi dengan Scanner. Dan direncanakan untuk mengembangkan penilaian on-line. (13) Melakukan supervisi klinis dan supervisi akademis

Disamping upaya yang dilakukan secara makro seperti di atas, untuk memperoleh sukses ujian nasional, maka secara khusus SMA Negeri 1 Klaten (1) Membentuk tim sukses ujian nasional, berdasar hasil evaluasi tahun dan semester sebelumnya (2) mengoptimalkan pembelajaran untuk mata pelajaran Ujian Nasional di kelas XII dan membuat pelajaran yang kondusif untuk mata pelajaran yang lain (menciptakan iklim sejuk) (3) memberikan tambahan jam pelajaran (4) Mengadakan klinis bidang studi (5) melakukan try out minimal 3 kali (6) Melakukan monitoring dan evaluasi secara terencana, terpadu dan berkesinambungan (8) Memberikan tambahan insentif kepada personel yang terlibat dalam kegiatan tambahan pelajaran (9) Memberdayakan segenap potensi yang ada untuk pengembangan pembelajaran untuk mata pelajaran yang diujikan (10) menambah sarana dan prasarana pendukung pembelajaran, alat dan bahan praktikum laboratorium dan buku latihan soal ujian nasional (11) melakukan konsultasi, koordinasi dan studi banding dengan pihak terkait.

Akhirnya jika kita ingin sukses dalam ujian nasional, menginginkan pendidikan yang benar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, kiranya kualitas proses pembelajaran formal di kelas dan sekolah perlu diupayakan. Peningkatan kemampuan profesional dan penghargaan terhadap guru perlu terus dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1998, Kemampuan Dasar Guru Biologi SMU di Bandung Masih Memperihatinkan. Suara Karya. Kamis 8 Januari 1998

.............., Indikator Keberhasilan Kepala SLTP dan SMU, Kanwil Depdikbud. Jateng

............. Kompas Senin 7 April 2003.

………… 2003. Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Lembaran Negara Republik Indonesia No. 78, 2003

……….. 2004. Kompas. 20 Juli 2004.

………..2004. Kompas. 26 Agustus 2004.

………..2002, Layanan Pendidikan Berbasis Luas. Jakarta. Depdknas

Boediningsih, 1995. Intensitas Penggunaan Media IPA di Sekolah Dasar. Jurnal Kependidikan No. 1 Tahun XXV; 1995; Yogyakarta : IKIP Yogyakarta

Boediono. 1998. Panduan Manajemen Sekolah. Jakarta. Depdikbud

Dimyati dan Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Asdi Mahasatya

Soedijarto. 1981. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Proses dan Mutu Hasl Belajar dan Implikasinya bagi Pengembangan Pendidikan yang Relevan. Analisis Pendidikan Tahun II No. 3 1981.Jakarta : Depdikbud

Sudjana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar baru Algesindo

Sumadi Suryabrata. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Grafindo Persada

Supriadi D, 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta. Adicita karya Nusa

Suyanto. 2001. Guru yang Profesional dan Efektif. Kompas. 16 Februari 2001. Hal. 9

Umaedi. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: Buku 1 Konsep dan Pelaksanaan. Jakarta. Depdiknas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar